Friday, June 12, 2009

KNOWLEDGE: "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KECERDASAN AKAL"

SINERGI Online. Allah swt yang menciptakan alam semesta beserta manusia sebagai makhluk yang teristimewa dari makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan Tuhan karena memiliki akal yang terdiri dari dua otak yaitu adalah otak kanan dan otak kiri. Adapun cara berfikir otak kiri secara logis linier rasional, mampu melakukan penafsiran abstraksi, menulis, membaca dan menempatkan fakta. Sedangkan otak kanan bersifat acak, tidak teratur intuisif, bersifat non verbal seperti perasaan dan emosi. Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini juga cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupan mereka. Dalam menentukan keberhasilan hidup ditentukan oleh kedua-duanya yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional.
Kebanyakkan program pendidikan di Indonesia selama ini hanya berpusat dan terlalu menekankan arti pentingnya kecerdasan akal (IQ) saja. Jarang sekali ditemukan pendidikan tentang kecerdasan emosional (EQ) yang mengajarkan tentang kejujuran, komitmen, kreativitas, optimisme, kemampuan beradaptasi, penguasaan diri atau sinergi.
Padahal justru inilah yang terpenting dalam mengembangkan EQ yang sekarang ini telah menjadi dasar penilaian baru. Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat pada tahun 1908 tentang IQ, ternyata ditemukan sebuah paradoks yang membahayakan. Sementara skor IQ anak anak makin tinggi, kecerdasan mereka justru menurun. Menurut Goleman ( 1999 : 13 ) ”Secara pukul rata, anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian dan depresi lebih mudah marah dan susah diatur, lebih gugup, dan cenderung cemas, cenderung impulsif dan agresif”. Kemerosotan emosi tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik berikut :
- Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial; lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung.
- Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan depresi.
- Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang.
- Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok , bertemperamen panas.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.
Apabila suatu masalah menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting dari pada nalar. Emosi itu memperkaya model pemikiran, yang tidak menghiraukan emosi merupakan model pemikiran yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam pandangan kognitif yang dingin. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat kita menjadi lebih manusiawi.
Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya itu saja. Pandangan baru yang berkembang ada kecerdasan lain di luar IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, dan kematangan emosional.
Menurut pandangan umum, seseorang dikatakan memiliki kecerdasan yang baik apabila ia memiliki kecerdasan matematika karena membuat orang berfikir secara induktif dan deduktif, berfikir menurut aturan logika memahami dan menganalisa angka-angka dapat memecahkan masalah kemampuan berfikir. Jadi jika seseorang suka metematika maka ia akan suka kegiatan menganalisis, memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan soal berhitung. Apabila kurang memahami ia akan bertanya untuk mencari jawaban atas sesuatu yang kurang dipahaminya.
Dalam penyelesaian persoalan kehidupan, selain diperlukan IQ juga diperlukan EQ yaitu semangat, ketekunan, ketelitian, dapat memotivasi diri sendiri, tidak mudah frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan emosi, lebih bersabar, mengatur suasana hati dan menjaga agar tidak stress yang dapat melumpuhkan kemampuan berpikir. Dalam aplikasinya kecerdasan emosional dan kecerdasan akal pada diri seseorang harus seimbang, sebagai salah satu faktor penting dalam mencapai keberhasilan dalam kehidupan.(wk)

No comments:

Post a Comment

Silakan berikan komenter,kritik, saran, dan usul yang bersifat membangun (tidak mengandung unsur negatif dan SARA)