Teks oleh : Saniah LS
Foto Oleh Erni Susanti dan berbagai sumber
Sudah semestinya setiap perpustakaan memiliki katalog, semata-mata untuk memberi kemudahaan pelayanan kepada pengguna jasa perpustakaan perpustakaan dalam menyusuri buku-buku yang ada. Baik perpustakaan itu milik umum maupun kepunyaan pribadi.
KATALOG merupakan garnbaran atau paparan (deskripsi) buku-buku yang ada di perpustakaan. Buku-buku yang ada dirak disusun secara sistematis berdasarkan abjad dan nomor klasifikasi. Selain sebagai alat bantu penelusuran koleksi, katalog juga bisa digunakan sebagai pengetahuan kita untuk mengetahui kekayaan koleksi suatu perpustakaan. Kalau anda sebagai kolektor buku dan merasa buku anda sudah melampaui jumlah yang tidak bisa dihitung lagi dengan jari, maka anda harus menatanya secara rapi. Jika anda merasa juga memerlukan katalog, why not? Tentunya setelah anda berhasil mendesain ruang khusus pustaka milik pribadi.
Katalog sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu katalog pengarang, katalog judul dan katalog kelas atau subyek. Katalog pengarang biasanya digunakan apabila buku yang anda cari hanya diketahui nama pengarangnya saja. Jadi anda tinggal mencari nama pengarangnya saja. Jadi anda tinggal mencari nama pengarang maka akan muncul judul dan nama penerbitnya. Sebaliknya katalog judul digunakan jika buku yang kita cari hanya kita ketahui judulnya saja. Sedangkan katalog kelas atau subyek digunakan jika anda ingin mengetahui jenis buku yang membahas subyek yang sama, biasanya sih sering digunakan dalam mengumpulkan bahan pustaka untuk kepentingan pembuatan penelitian untuk tugas akhir anda, pembuatan makalah dan sebagainya.
Katalog perpustakaan juga digunakan dalam bentuk buku atau dalam bentuk kartu,. Seiring perkembangan teknologi maka katalog perpustakaan kini juga telah dibentuk database elektornik atau yang lebih kita kenal dengan katalog online.(OPAC).
Katalog Online (OPAC)
Katalogonline ini menggunakan program CDS maupun
MARC singkatan dari Machine Readible Catalognesaa yang Indonesianya berarti Katalog yang terbacakan mesin. Satandar MARC kini dipakai perpustakaan di seluruh dunia. Perpustakaan di Indonesia kini telah mengacu ke Indo MARC, Mal MARC (
Dengan menggunakan katalog online berarti penyusunan buku jadi lebih mudah, titik akses lebih luas. Juga kita bisa nengetahui status sirkulasi buku untuk pengembalian dan peminjaman," terang lwan Tero yang mengatakan kalau saat ini katalog online sudah dipakai untuk perpustakaan pribadi, seperti milik mendiang Gubsu Rizal Nurdin.
Katalog online juga dapat digunakan dengan memakai teknologi internet melalui perangkat web browser (internet exolorer, operta, mozilla dan sebagainya). Bahkan seiring perkembangan teknologi dengan mengikuti trend terkini, buku pun, kini bisa diakses dari rumah dengan menggunakan internet. “Tahun 2006 ini kita akan mengarah kesana, kita tidak perlu lagi mencari buku melalui katalog online di perpustakaan tapi bisa langsung rnengaksesnya melalui internet di rumah," kata alumni S1 Fakultas Komunikasi Unpad, Bandung 1998 ini anusias.
Memang perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini tidak saja sebatas katalog online tetapi malahan sekarang buku-buku ilmiah atau buku-buku yang memiliki nilai berharga mulai mengalami digitalisasi. So kalau sudah begini, tinggal buka komputer di rumah atau warnet, akse internet dengan situs yang dituju maka dengan koneksi cepat katalog online mengakses buku-buku digital terbuka dan dapat kita baca selayaknya buku-buk yang manual.
Katalog Manual
Katalog yang biasanya dipergunakan dalam bentuk kartu ini tersusun rapi dalam rak-rak kecil yang dibuat khusus. Diatur berdasarkan susunan abjad pertama yang diambil dari judul buku atau nama pengarang atau subjek buku.
Menurut penuturan Aulianti, Sub Bidang Pengolahan Perpustakaan, buku yang sudah dibeli mengalami proses katalog manual. Buku pertama distempel kepemilikan pada halaman 17, sedangkan halaman 1 stempel daftar inventaris, nomor induk buku, tanggal penerimaan, tanggal masuk, dan sebagainya. Kemudian dilakukan pengolahan deskripsi buku setelah dicek dalam katalog untuk mengetahui apakah buku tersebut sudah ada atau masih baru lagi. "Nah, kalau belum ada maka buku tersebut mengalami proses katalog baru, ditulis dalam secarik kertas sebelum dipindahkan ke dalam komputer dan di-print dalam bentuk kartu," terang Aulianti.
Dia juga mengatakan bahwa proses katalogisasi ini mengacu pada buku DDC (Dewey Decimal Classification). Dalam buku ini sudah diatur sedemikian rupa pengklasifikasiannya, misalnya 000 berarti buku-buku yang meyangkut dengan ilmu pengetahuan umum, kamus, atlas atau buku komputer. Aulianti mengatakan pula bahwa dalam kartu katalog, buku tersebut biasanya ditulis nomor klas buku, tiga huruf nama pengarang, satu huruf awal judul buku, kemudian diikuti dengan nama pengarang yang sudah dibalik, judul buku, nama pengarang, tempat penerbitan, nama penerbit, tahun penerbitan, jumlah halaman (x), dan panjang buku. ISBN (Internasional Standar Book Number). I .... (berdasarkan subyek buku),1 .... (judul).
Nah. kalau kira-kira buku anda di rumah sudah mencapai 1000 eksemplar ke atas dengan berbagai judul maka anda perlu membuat katalog manual atau online agar anda tidak pusing-pusing lagi mencari buku yang tersusun apik di rak perpustakaan pribadi milik anda.
Anda dapat membagi klasifikasi buku berdasarkan DDC untuk membuat katalog secara manual. Misalnya 000... (Ilmu Pengetahuan Umum), 100... (Psikologi clan Filsafat), 200... (buku Agama), 300... (Ilmu Sosial), 400...(Bahasa), 500... (Ilmu Sains) 600... (Ilmu Terapan), 700... (Kesenian dan Olahraga), 800... (Kesusastraan). dan 900... (Geografi. Biografi dan Sejarah).
Biar anda tidak kebingungan silakan konsultasi langsung di bagian pengelolaan Perpustakaan Daerah atau anda bisa menghubungi mereka yang ahli dalam bidang satu ini untuk membuat katalog atau desain perpustakaan pribadi.
Sumber: Tabloid Aplaus. Bingkai. the lifestyle. Edisi 20 – Tahun Kedua 13-26 Mei 2006.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan komenter,kritik, saran, dan usul yang bersifat membangun (tidak mengandung unsur negatif dan SARA)